Ayo Kawal Megaproyek Jakarta

Bismillahirrahmaanirrahiim Sedikit mengingat masa lalu , ketika itu saya menduduki bangku kelas tiga SMA dan diberi kesempatan oleh Allah u...

Bismillahirrahmaanirrahiim
Sedikit mengingat masa lalu , ketika itu saya menduduki bangku kelas tiga SMA dan diberi kesempatan oleh Allah untuk bertemu dengan rekan-rekan pengurus OSIS di Indonesia. Saya masih teringat bagaimana teman-teman dari daerah sangat ingin melihat Jakarta dengan bangunan-bangunan high rise yang mencengkram langitnya , melihat bundaran HI yang menjadi pusat aksi-aksi bagi masyarakat yang ingin menyampaikan aspirasinya, merasakan untuk beberapa jam saja menjadi orang Jakarta.

Jakarta dikenal dengan macet dan banjirnya , kita , atau mungkin hanya saya sering bertanya-tanya "kok jakarta gak ngelakuin apa-apa ya ?" pertanyaan itu segera terjawab ketika saya menghadiri kuliah pengenalan rekayasa infrastruktur , dan dosen  saya menampilkan sebuah video dari National Geographic yang berjudul Megacities : Jakarta (bisa dilihat di : http://www.youtube.com/user/ahdaajahdah) . Di sana terpapar usaha yang telah dilakukan pemerintah dan rencana jangka panjang pembangunan infrastruktur.

Jika kita berbicara Jakarta hari ini yang dipimpin Jokowi , maka kita berbicara dengan proyek-proyek besar yang perencanaannya telah ada sejak pemerintahan Sutiyoso maupun Fauzi Bowo, hanya saja proyek tersebut putus di tengah jalan ,lihat saja monorail yang sekarang hanya menjadi monumen-monumen beton yang tersebar di jalan-jalan Jakarta . Pada masa pemerintahannya , Jokowi berjanji untuk menuntaskan proyek-proyek besar dalam membangun Jakarta ,hal ini ia tunjukkan dalam merancang  APBD Jakarta yang pada tahun pertama pemerintahannya menyentuh angka 49,97 triliun rupiah , naik 20,84 persen dari tahun sebelumnya sebesar 41,34 triliun rupiah. Tentunya saya sebagai warga Bandung dan Depok yang merasakan akibat langsung dari aktivitas Jakarta harus update dan memantau jalannya janji-janji gubernur yang sensasional bombastis ini.

Berdasarkan sumber yang saya dapat dari http://fokus.news.viva.co.id/news/read/386213-dana-besar-mega-proyek-jakarta , inilah mega proyek yang akan dijalankan pada masa pemerintahan Jokowi : 


"
Proyek MRT
Maket MRT Jakarta
Rencana proyek ini sudah berjalan sejak era Gubernur Fauzi Bowo. MRT adalah singkatan dari Mass Rapid Transit yang secara harafiah berarti angkutan yang dapat mengangkut penumpang dalam jumlah besar secara cepat. 

Pembangunannya dibagi tiga tahap. Tahap I koridor selatan. Menghubungkan Lebak Bulus - Bundaran Hotel Indonesia. Tahap II koridor Selatan - Utara menghubungkan Bundaran HI - Kampung Bandan. Tahap III yang menghubungkan Jakarta Timur - Barat, alternatif jalurnya Balaraja - Cikarang.

Biaya pembangunan proyek ini ditanggung pemerintah pusat dan Pemprov DKI Jakarta. Rasio skema pembiayaannya, kata Jokowi, adalah 49 persen dana hibah pemerintah pusat, dan 51 persen pinjaman lunak ke Pemerintah DKI. 

Rupanya, proyek itu selama ini menuai pro dan kontra. Terutama bagi masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi pembangunan MRT tahap I: Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia. Untuk itu, Gubernur Jokowiakan kembali menggelar uji publik (public hearing) terkait rencana pelaksanaan mega proyek tersebut.

Monorel
Tiang monorel yang terbengkalai di Jalan Rasuna Said, Jakarta
Berbeda dengan MRT yang dibiayai hibah dari Pemerintah Jepang, monorel dikerjakan swasta. Proyek ini bergulir di era Gubernur Sutiyoso. Onggokan tiang beton terlihat di sejumlah ruas jalan di Jakarta mangkrak tak berfungsi. Tiang-tiang itu merupakan tonggak penyangga kereta rel tunggal (monorel) yang pembangunannya terhenti karena sejumlah kendala.

Rencana awal proyek ini memiliki 3 fase. Fase I: Koridor Jakarta (27km) terbagi Stage I: Jalur hijau (14km) dan Stage II: Jalur biru (13km). Fase II: Jakarta ke Bekasi dan Cikarang (18-30km), serta Fase III: Jakarta ke Tangerang dan Karawaci (16-25km).

Setelah terhenti beberapa tahun, Gubernur Jokowi menyatakan akan melanjutkan proyek itu. Angin segar itu kontan disambut oleh sejumlah penawaran pembangunan. Akhir tahun 2012 lalu ada dua proposal yang datang ke meja Pemprov DKI untuk kelanjutan pembangunan monorel. 

Proposal pertama dari konsorsium PT Jakarta Monorail, sebuah konsorsium lama dengan investor swasta penuh. Yang kedua dari konsorsium Adhi Karya, sebuah konsorsium baru terdiri dari gabungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Yaitu, PT Adhi Karya, PT Telkom, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Jasa Marga, PT INKA, PT Lembaga Elektronika Negara. 

Pekan lalu, penawaran serupa disampaikan Hadji Kalla Group. Pemilik Hadji Kalla Group, Jusuf Kalla, merasa terpanggil meneruskan proyek yang kurang diminati, karena memakan waktu yang lama dan sulit ini.

"Tidak mungkin kota apa pun yang penduduknya jutaan tidak ada angkutan umum yang efisien. Coba kayak sekarang Jakarta banjir. Kalau ada monorel, sebanjir apa pun bisa jalan," ujar Jusuf Kalla saat ditemui di PMI Pusat, Jakarta, Selasa 22 Januari 2013.

Pemerintah Jepang juga berminat terlibat dalam proyek monorel di Indonesia. Jika mendapat tawaran kerjasama dalam proyek ini, Jepang tak akan menolak. Wakil Menteri Pekerjaan Umum Jepang, Shigeru Kikukawa, di Jakarta hari ini, Selasa 29 Januari 2013, menyatakan komitmennya membantu pembangunan sarana transportasi massal itu dapat terwujud di Indonesia.

Deep Tunnel
Akibat kaget meninjau gorong-gorong yang hanya berdiameter 60 sentimeter, Gubernur Jokowimencetuskan ide membangun terowongan raksasa. Terowongan multifungsi (deep tunnel) juga dipaparkan Jokowi sebagai solusi banjir Jakarta. Menurut dia, opsi ini sedang dikaji oleh kementerian terkait, dan segera dikerjakan. Untuk rute deep tunnel ini dirancang melewati Jalan MT. Haryono hingga Pluit.

Ini juga bukan gagasan baru dari Jokowi. Tetapi konsepnya sudah ada sejak era Gubernur Sutiyoso. Menurutnya, konsep itu tinggal dimatangkan, lalu dilaksanakan. Dia  yakin banyak investor berminat membiayai proyek pembangunan terowongan air yang membentang dari Jalan MH. Thamrin sampai Pluit. Proyek itu senilai Rp16 triliun.

Jokowi mengaku ide ini datang dari Malaysia. Negeri jiran itu memang telah membangun smart tunnel(Stormwater Management and Road Tunnel) untuk menampung air hujan. Proyek ini mulai dibangun pada 2003. Kemudian resmi dibuka empat tahun kemudian, tepatnya 14 Mei 2007. 

Smart tunnel ini menjadi terowongan terpanjang dengan teknologi paling maju di Malaysia. Smart tunnel mampu mengalihkan banjir, menjauh dari pertemuan dua sungai besar--Sungai Klang dan Kerayong--yang mengalir melalui pusat Kota Kuala Lumpur.

Wakil Menteri Kementerian Umum Hermanto Dardak mengingatkan ada beberapa hal yang harus diperhatikan jika ingin membangun terowongan multiguna itu. Menurutnya perlu dipertimbangkan adalah utilitas untuk bangunan di bawah tanah.

Halangan pertama yang harus diatasi adalah kemiringan terowongan yang tidak terlalu tajam. Dengan sudut kemiringan nyaris datar, maka akan terjadi penumpukan sendimentasi yang cepat sehingga dapat menghambat kerja tunnel ini saat terjadi hujan. Ditambah, masalah sampah yang selalu timbul di setiap aliran air di Jakarta. "Dalam satu sungai, jumlah sampah mencapai 30 ton," katanya 4 Januari 2013.

Namun demikian, teknologi pembuatan terowongan ini bukan hal baru di Indonesia. Proses yang sama pernah dikerjakan oleh Kementerian PU dalam pembuatan Waduk Jatibarang dan Jatigede. "PU membuat terowongan untuk mengalirkan air sungai agar waduk bisa dikerjakan. Namun untuk dilalui mobil memang belum pernah dicoba." 

Giant Sea Wall
Gubernur Jokowi juga akan melanjutkan mega proyek semasa Gubernur Fauzi Bowo  tanggul laut raksasa (giant sea wall untuk mengatasi banjir akibat air pasang laut (rob) di kawasan utara Jakarta. Tanggul ini diyakini bisa menahan pasang air laut, sekaligus membuang air dari daratan ke laut.

Jokowi menyadari biaya pembangunan sangat besar. Waktunya pun bakal panjang. Tapi, untuk jangka panjang, pembangunan mega proyek tersebut dirasakan perlu. Kalkulasi biaya membangun tanggul laut raksasa atau Giant Sea Wall akan memakan dana sekitar US$5 miliar (Rp47,65 triliun).

”Saya sudah suruh kepala dinas terkait untuk mendalami gagasan itu. Kalau hanya menunggu terus, sudah 26 tahun ya masih rencana terus. Saya gak mau disuruh buat rencana terus. Saya mau eksekusi saja,” kata Jokowi.

Bagaimana dan siapa yang bakal membangun, Jokowi belum menjelaskan lebih rinci.

Enam ruas jalan tol
Ini megaproyek yang belum jelas kepastiannya. Gubernur Jokowi masih gamang memutuskan apakah menyetujui atau tidak proyek Rp42 triliun itu. Jokowi belum mengambil keputusan lantaran belum puas dengan penjelasan yang disampaikan PT Jakarta Toll Road Development selaku pihak yang akan mengerjakan proyek tersebut. Selain itu, masing-masing pihak masih memperjuangkan keinginan mereka sendiri-sendiri.

"Hasilnya belum bisa diputuskan. Ya belum nyambung. Masa belum nyambung sudah mau diputuskan," kata Jokowi usai melakukan pertemuan dengan pemangku kepentingan pembangunan enam ruas jalan tol di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa, 29 Januari 2013.

Menurut Jokowi, enam ruas jalan tol tidak akan disetujui bila pembangunannya hanya berorientasi untuk menambah pendapatan daerah, dan keuntungan bagi investor. Padahal, orientasi Pemprov DKI, kataJokowi, untuk memberikan pelayanan dan tidak mencari keuntungan.  "Orientasi kita bukan pendapatan daerah," ujarnya.(np)"

Dapat kita cermati bahwa tiga dari lima mega proyek yang dicanangkan pemerintahan Jokowi berfokus pada pembenahan sistem transportasi umum . Kenapa ? karena masalah kemacetan di Jakarta bukanlah masalah yang sederhana . Lahan sempit yang ada di Jakarta membuat lahan untuk jalan tidak tersedia , hanya sekitar 6% dari luas wilayah Jakarta adalah jalan raya, sementara di kota megapolitan lainnya seperti Tokyo , New York , dll. mereka menyediakan lahan untuk jalan raya dengan porsi sekitar 15-20 % dari luas daerahnya . Lantas mengapa kita tidak membangun jalan sehingga menyamai kota-kota megapolitan lainnya ? bahkan keputusan foke--Gubernur Jakarta sebelumnya untuk membangun enam ruas jalan tol ditentang habis-habisan oleh berbagai lembaga pro masyarakat di Jakarta. Hal ini disebabkan permasalahan Jakarta bukanlah bagaimana memindahkan ribuan kendaraan pribadi dari satu tempat ke tempat lainnya menggunakan infrastruktur jalan, melainkan memindahkan ratusan ribu orang yang bekerja dan bersekolah di Jakarta secara cepat dan murah sehingga dapat menopang aktivitas ekonomi.

Mohon maaf kekurangan dalam analisis dan datanya , semoga bermanfaat , Mari kita kawal pembangunan ini karena Jakarta bukan cuma punya orang Jakarta , tapi juga punya milik rakyat Indonesia :)


You Might Also Like

1 komentar

  1. terima kasih mas,
    tulisannya, bermanfaat dan membantu saya sebagai referensi untuk tugas kuliah.
    hohohoh0 :)
    keep write dhik...

    BalasHapus